SEJARAH KOTA BANJARMASIN
Pintu gerbang dengan tulisan 1606 (tahun
ketika VOC pertama kali datang di Banjarmasin) dibangun untuk menyambut
kedatangan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock pada tahun 1924
Sekilas Peran Banjarmasin di Masa Lalu
Kehidupan di Kota Banjarmasin memang tidak terpisahkan dari Sungai Barito dan beserta anak-anak sungainya. Sejah dahulu Banjarmasin memegang peranan strategis dalam lalu lintas perdagangan antar pulau, karena terletak di pertemuan antara sungai Barito dan Sungai Martapura yang Luas dan dalam. Terletak 22 km dari laut Jawa, sungai – sungai tersebut tentunya dapat dilayari kapal besar sehingga kapal-kapal Samudera dapat merapat hingga Kota Banjarmasin.
Pada zaman Belanda, Banjarmasin menjadi pelabuhan masuk dan keluar bagi seluruh daerah aliran Sungai Barito dan merupakan pelabuhan transito untuk kapal – kapal yang datang dari Singapura dan Jawa, ke pantai timur Kalimantan. Barang-barang hasil hutan seperti rotan, damar, kapur barus, karet, telur itik, buah-buahan, barang anyaman rotan, serta batu-batuan permata dan berlian. Barang yang masuk dari Jawa dan Singapura terdiri dari beras, ikan asin, barang-barang pecah belah, minyak tanah, garam, besi dan lain-lain.
Sedangkan industri yang berkembang milik warga Eropa yang terdiri diBanjarmasin pada waktu itu terdiri dari Pabrik Es, galangan kapal kecil milik Borneo Industri Mij dan Perdagangan yang dikelola oleh Borneo Soernatra Handel Mij, Heiinnenman & Co, dan Kantor Cabang dari Javasche Bank en Factorij.
Pada masa itu, Banjarmasin mempunyai pelayaran yang teratur dan langsung dengan sampit, Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, Negara, Amuntai, Buntok, Muara Teweh dan Kuala Kapuas serta di luar Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura.
Kawasan Banjarmasin awalnya sebuah perkampungan bernama "Banjarmasih" (terletak di Bagian utara Banjarmasin). Tahun 1606 pertama kali VOC-Belanda mengunjungi Banjarmasin, saat itu masih terletak di muara sungai Kuin.
Kota-kota yang terkenal
di pulau Kalimantan pada awal abad ke-18 adalah Borneo (Brunei City), Ноrmata,
Marudo, Bendamarfin (Banjarmasin), dan Lava (Lawai). Tahun 1747, VOC-Belanda
memperoleh Pulau Tatas (Banjarmasin bagian Barat) yang menjadi pusat
Banjarmasin semenjak saat itu hingga ditinggalkan Belanda tahun 1809.
Tahun 1812 Inggris
menduduki Banjarmasin dan menyerahkannya kemali kepada Belanda tahun 1817.
Daerah Banjar Lama (Kuin) dan Banjarmasin bagian Timur masih tetap menjadi
daerah pemerintahan pribumi di bawah Sultan Banjar yang berkedudukan di keraton
Martapura (istana kenegaraan) hingga diserahkan pada tanggal 14 Mei 1826.
Tahun 1849, Banjarmasin
(Pulau Tatas) menjadi ibukota Divisi Selatan dan Timur Borneo. Saat itu rumah
Residen terletak di Kampung Amerong berhadap-hadapan dengan Istana pribadi
Sultan di Kampung Sungai Mesa yang dipisahkan oleh sungai Martapura.
Pulau Tatas yang menjadi
daerah hunian orang Belanda dinamakan kotta-blanda. Ditetapkan dalam Staatblaad
tahun 1898 no. 178, kota ini merupakan Onderafdeeling Banjarmasin en Ommelanden
(1898-1902), yang merupakan bagian dari Afdeeling Bandjermasin en Ommelanden
(Banjarmasin dan daerah sekitarnya).
Tahun 1918, Banjarmasin, ibukota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat Gemeente-Raad. Pada 1 Juli 1919, Deean gemeente mulai berlaku beranggotakan 7 orang Eropa, 4 Bumiputra dan 2 Timur Asing. Pada tahun 1936 ditetapkan Ordonantie pembentukan Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost (Stbld. 1936/68). Borneo Barat dan Borneo Selatan-Timur menjadi daerah Karesidenan dan sebagai Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost yang pusat pemerintahannya adalah Banjarmasin.
Tahun 1938, otonomi kota Banjarmasin ditingkatkan dengan Stads Gemeente Banjarmasin karena Banjarmasin sebagai ibukota Gouvernemen Borneo. Tanggal 16 Februari 1942, Jepang menduduki Banjarmasin, kemudian dibentuk pemerintahan pendudukan bagi Borneo & kawasan Timur di bawah Angkatan Laut Jepang. Tanggal 17 September 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu (tentara Australia) yang memasuki Banjarmasin.
Tanggal 1 Juli 1946 H.
J. van Mook menerima daerah Borneo en de Groote-Oost dari tentara pendudukan
Sekutu dan menyusun rencana pemerintahan federal melalui Konferensi Malino
(16-22 Juli 1966) dan Konferensi Denpasar (7-24 Desember 1946) yang memutuskan pembentukan
4 negara bagian yaitu Jawa, Sumatera, Borneo (Netherlands Borneo) dan Timur
Besar (Negara Indonesia Timur), namun pembentukan negara Borneo terhalang
karena ditentang rakyat Banjarmasin.
Tahun 1946 Banjarmasin
sebagai ibukota Daerah Banjar satuan kenegaraan sebagai daerah bagian dari
Republik Indonesia Serikat. Kotapradja Banjarmasin termasuk ke dalam Daerah
Banjar, meskipun demikian Daerah Banjar tidak boleh mencampuri hak-hak dan
kewajiban rumah-tangga Kotapradja Banjarmasin dalam daerahnya sendiri.
Penguasa Kota Banjarmasin
- Patih Masih, kepala kampung Banjarmasih
(Kuin Utara)
- Sultan Suriansyah, berkedudukan di Kuin
- Sultan Rahmatullah, berkedudukan di Kuin
- Sultan Mustainbillah, berkedudukan di Kuin
- Sultan Agung, berkedudukan di Sungai
Pangeran
- Pangeran Abdullah bin Sultan
Muhammadillah, Putra Mahkota
- Pangeran Dupa, Putra Mahkota[96]
- Jan van Suchtelen (1747-1752), residen
Belanda di Tatas
- Bernard te Lintelo (1752-1757), residen
Belanda di Tatas
- R. Ringholm (1757-1764), residen Belanda
di Tatas
- L.W. de Lile (1760-1764), residen Belanda
di Tatas
- Willem Adriaan Palm (1764-1777), residen
Belanda di Tatas
- Piter Waalbek (1777-1784), residen Belanda
di Tatas
- Barend van der Worm (1784-1787), residen
Belanda di Tatas
- Alexander Hare (1812),
Resident-Comissioner Inggris di Tatas
- I.N. Nieuwen Huyzen (1860), residen
Belanda di Tatas
- C.A. Kroesen (1898), residen Belanda di
Tatas
- C.J. Van Kempen (1924), residen Belanda di Tatas. Mulai tahun 1919 Banjarmasin memiliki Burgemester (Walikota)
- J. De Haan (1924-1929), residen Belanda di
Tatas
- R. Koppenel (1929-1931), residen Belanda
di Tatas
- W.G. Morggeustrom (1933-1937), residen
Belanda di Tatas
Asal Nama
Asal mula nama Kota
Banjarmasin berasal dari sejarah panjang Kota Banjarmasin. Pada saat itu
dikenal nama Istilah Banjarmasih. Sebutan ini diambil dari nama salah seoarang
Patih yang sangat berjasa dalam pendirian Kerajaan Banjar, yaitu Patih Masih,
yang berasal dari Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu
atau Kampung Orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang kemudian menjadi Kampung
Banjarmasih.
Kemajuan kerajaan Banjar ini tentu saja mengusik kekuasaan Pangeran Tumenggung, raja Daha yang juga Paman dari Pangeran Samudera. Sehingga terjadi penyerbuan oleh Daha. Peperangan yang berlarut-larut menyebabkan Pangeran Samudera terdesak, dan meminta Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Nusantara. Demak bersedia membantu kerajaan Banjar, dengan syarat raja dan rakyatnya masuk Islam. Pengeran Samudera setuju dan tentara Demak datang bersama Khatib Dayan yang kemudian mengislamkan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Samudera berganti nama menjadi Sultan Suriansyah.
- Hari kemenangan Pangeran Samudera, dan cikal bakal Kerajaan Islam Banjar.
- Penyerahan kerajaan Daha kepada kerajaan Banjar.
- Hari Jadi Kota Bandjarmasih sebagai ibukota kerajaan baru yang menguasai sungai dan daratan Kalimantan Selatan.
Nama lain kota Banjarmasin adalah kota Tatas diambil dari nama pulau Tatas
yaitu delta yang membentuk wilayah kecamatan Banjarmasin Barat dan sebagian Banjarmasin
Tengah yang dahulu sebagai pusat pemerintahan Residen Belanda.
Perjalanan Sejarah
- 1526 : "Banjarmasih", yang artinya perkampungan "Oloh Masih" (orang Melayu), dipimpin kepala kampung berasal dari Sumatera yang bergelar Patih Masih.
- 1526-1550 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Banjarmasin. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha
- 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. Tanggal ini dijadikan Hari Jadi Kota Banjarmasin, sekarang 480 tahun.
- 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
- 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
- 1520-1620 : Masa pemerintahan Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612
- 1596 : Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
- 7 Juli 1607 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin.
- 1612 : Belanda menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
- 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
- 10 Sya'ban 1159 H : Renovasi dan pembuatan Lawang Agung Masjid Sultan Suriansyah oleh Kiai Demang Astungkara di masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I.
- 27 Rajab 1296 H : Pembuatan mimbar Masjid Sultan Suriansyah oleh Haji Muhammad Ali an-Najri.
- 15 Muharram 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam/UUSA 1825.
- 1857-1859 : Pemerintahan Sultan Tamjidillah yang ditetapkan Belanda menjadi raja Banjar menggantikan Sultan Adam.
- 1859 : Sultan Tamjidillah diasingkan ke Bogor, Pangeran Mangkubumi Hidayat diasingkan ke Cianjur
- 1860 : Wilayah Kerajaan Banjar dijadikan Afdeeling Bandjermasin dan Afdeeling Oloe Soengai.
- 1900 : Soeara Borneo, didirikan di Banjarmasin, menggunakan bahasa Melayu.
- 1901 : Pewarta Borneo, terbit menggunakan bahasa Melayu. Berdirinya perkumpulan sosial Seri Budiman.
- 1904 : Budi Sempurna, perkumpulan sosial yang didirikan Kiai Mohammad Zamzam.
- 1906 : Sinar Borneo, terbit menggunakan bahasa Melayu. Berdirinya perkumpulan Indra Buana.
- 1907 : Pengharapan terbit menggunakan bahasa Melayu.
- 1916 : Al Madrasatul Arabiah dan Al Waliah berdiri di Seberang Mesjid, Banjarmasin Tengah.
- 1918 : Banjarmasin, ibukota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat Gemeente-Raad
- 1 Juli 1919 : Deean gemeente mulai berlaku beranggotakan 7 orang Eropa, 4 Bumiputra dan 2 Timur Asing.
- 1923 : Nasional Borneo Kongres I. Dunia Isteri, organisasi wanita Sarekat Islam dipimpin Ny. Masiah.
- 1924 : Nasional Borneo Kongres II
- 1926 : Surat kabar Bintang Borneo(bahasa Melayu-China) dan Borneo Post (bahasa Belanda) dengan W. Schmid sebagai redakturnya.
- 1927 : Soeara Borneo, didirikan oleh Hausman Baboe, bercorak nasional serta memuat berita-berita nasional.
- 1929 : Persatuan Putera Borneo, merupakan cabang dari Persatuan Pemuda Borneo Surabaya di Banjarmasin yang dipengaruhi nasionalisme PNI Soekarno.
- 1930 : Bendahara Borneo, nama suatu usaha Studi Fonds di Banjarmasin yang anggotanya dari kaum pegawai.
- 4 April 1935 : Gereja Dayak Evangelis berdiri di Banjarmasin.
- 1938 : Otonomi kota Banjarmasin ditingkatkan dengan Stads Gemeente Banjarmasin.
- 1942 : R. Mulder, walikota Banjarmasin dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda
- Februari 1942 :Borneo Shimbun, nama surat kabar yang diterbitkan Jepang untuk Kalimantan Selatan
- 1945-1957 : Banjarmasin sebagai ibukota provinsi Kalimantan dengan gubernur Ir. H. Pangeran Muhammad Noor.
- 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin
- 10 Nopember 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalsel Ir. H. Muhammad Said
- 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu/Jumat Membara, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai).
- 2005 : Terpilihnya H. Ahmad Yudhi Wahyuni Usman sebagai Walikota untuk masa jabatan 2005-2009
- 2010 : Terpilihnya H. Muhidin sebagai Walikota untuk masa jabatan 2010-2014